Jumat, 01 Agustus 2008

Dyah Kartika, Tarik Ulur di Lapangan


“Jaman sekarang dimanapun kita berada, kita harus kuat,” ucap Dyah Kartika .N, Marketing Communication Manager PT. Softex Indonesia. Wanita karir yang satu ini, mengaku berkarakter perempuan Jawa jaman dulu yang tidak 'neko-neko'.

Pengalaman kerjanya sebagai tim promosi dan marketing product yang jempolan, tak lantas membuat dirinya melupakan adat Jawa yang mengalir kental dalam darahnya. Lahir dan tumbuh dari keluarga militer, juga membentuknya menjadi pribadi yang ulet dan disiplin.

Lulusan tahun 1992 Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Hubungan Masyarakat IISIP Jakarta itu, mulai menggeluti bidang marketing sejak pertama kali bekerja di PT. Bayer Indonesia tahun 1993.

“Waktu itu, saya langsung duduk di tim promosi dan langsung harus menangani 150 orang sales promotion girl,” kenangnya. Ia juga mengaku, dari pengalaman itu ada banyak pelajaran baru yang ia peroleh. Menangani kinerja para ujung tombak ini, Dyah punya tips dan trik yang tak pernah ada di buku panduan manapun.

“Karena pengalaman yang saya peroleh di lapangan adalah panduan yang terbaik unutk belajar. Terus terang, saya tidak pernah mengacu ke buku panduan manapun unutk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di bidang kerja saya,” ungkapnya.

Di pengalaman kerja pertamanya, ia diserahi tanggungjawab sebagai area promotion manager untuk wilayah Jakarta. Bu Dyah, begitu ia akbrab dipanggil berbagi cerita, “Pimpinan saya orang Jerman, saya diminta keluar kota, bikin tim promosi. Mulai tidak ada tim sampai dengan menjadi tim yang bagus. Saya keliling Indonesia selama tahun 1994-1995.”

Menginjak tahun 1995, perusahaan tempatnya bekerja kemudian menjadikannya sebagai area sales manager. Di dunia sales Bu Dyah juga belajar lebih banyak tentang sales. Ia mengakui, bidang sales lebih unik lagi karena harus memahami produk-produk kompetitor juga.

Tahun 96, PT. Bayer Indonesia, terbagi dua. Lalu ia ditarik ke perusahaan yang memproduksi merk HIT. Terakhir di sana, ia menjabat sebagai national sales manager, sampai 2003. “Akhir Agustus 2003, saya pindah ke PT. Softex Indonesia sampai sekarang,” akunya.

Bu Dyah juga menangani sales promotion girl di sini. Kendala yang datang padanya, tak sebesar waktu pengalaman pertamanya dulu.

“Kultur dulu dan sekarang sudah beda. Dulu, ‘drive’ untuk mereka harus keras. Sekarang, saya harus pakai trik,” tegasnya.

Menurutnya, ia memimpin mereka seperti layangan. “Saat tertentu harus diulur, saat tertentu harus di tarik, sampai mereka dewasa dengan sendirinya,” ungkap Bu Dyah.

Ia menjelaskan, pada tahap pertama ia akan merepkan disiplin pada diri SPG nya (Sales Promotion Girl). “Mau dikatakan saya ini, ya galaklah. Tidak apa-apa," akunya sambil tersenyum.

dyah kartika2 Karena selama ini ia meyakini, bahwa selama disiplin itu sudah tertanam pada diri semua SPG nya, maka segala tugas SPGnya akan membuat grafik angka penjualan produk Softex meningkat.

“Kalau mereka sudah sangat ready di outlet, barulah saya ulur. Maksudnya, saya tidak akan memantau terlalu ketat kerja-kerja mereka. Tapi jika grafik penjualannya mulai kendor, saya akan mulai tegas lagi pada mereka,” tuturnya.

Anak dari Soetjipto Pramono, seorang guru besar di Persatuan Beladiri Dibya Indonesia (PBDI) Jakarta ini, punya target.

“Target dimanapun saya bekerja, saya harus lakukan yang terbaik supaya hasilnya juga menjadi yang terbaik,” ujarnya lugas.

Tak jarang, Bu Dyah juga lakukan “sidak” (inspeksi mendadak) ke lokasi kerja SPG nya di hari libur. Ia ingin, anggota tim kerjanya juga bisa paham tentang loyalitas kerja yang dijalaninya. Libur, tetap bekerja. Bahkan kadang anak-anaknya juga diajaknya turut serta ke sana. Ujarnya, “Saya juga ingin agar anak-anak saya paham dengan dunia kerja saya.” Dalam keluarga, ia mendapat dukungan penuh Max F. Roebert, sang suami tercinta.

Selama lima tahun di PT. Softex Indonesia, Bu Dyah menyatakan dirinya sebagai yang bukan ‘kutu loncat’. “Semua pekerjaan selalu saya tekuni dan lakukan sebaik-baiknya. Saya bukan sang kutu loncat yang karirnya ingin cepat dan gaji yang makin besar. Saya ini, cuma telaten. Itu saja,” aku ibu dari Patricia (9) dan Patrick Roebert (6) ini.

Ketika softex memutuskan kerjasama dengan banyak bidang, termasuk film dan beberapa media online, Bu Dyah berada dalam tim yang juga terlibat program campaign product. Tentang pengalamannya bergabung dengan tim marketing di sana, ia berpendapat, “Buat saya, ini ada seninya.”

Selain sebagai wanita karir yang tegas dan lugas, ia juga punya kegemaran olahraga yang kini tak sempat dijalaninya lagi. Sebagai pemegang ban hitam karate Jutsu dan penerus jalannya Pusdiklat PBDI Jakarta, ia mengaku menjadi pribadi yang berani dan sportif.

“Jika saya lakukan kesalahan, saya selalu sportif mengaku salah dan minta maaf langsung. Itu yang sampai kini melekat di diri saya,” akunya.

Date of published: May 29th 2008.
Category: Feature Personal Profile

Content: Indonesian On The Go.
Writer: Ayu N. Andini


Tulisan ini pertamakali dipublikasikan di www.indofamily.net

Tidak ada komentar: