Jumat, 01 Agustus 2008

Veronica Colondam, Perang Melawan Narkoba


“I think…Mother Theressa,” ucap Veronica Colondam, Chief of Executive Officer Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Mother Theressa, jadi tokoh panutannya selama ini. Dalam kepemimpinannya, YCAB telah menerima kepercayaan dari United Nations Office of Drug Control (UNODC) untuk menjadi koordinator NGO (Non Governvement Organization) yang bergerak dalam program pencegahan narkoba se-Asia Pasific.

Veronica Colondam, adalah pendiri sekaligus pemimpin YCAB sejak tahun 1999 hingga sekarang. Organisasi ini berjalan, berkembang, dan menjadi besar di bawah kepemimpinannya. Kiprah Veronica dalam usahanya mendukung Indonesia bebas dari narkoba telah menerima pengakuan dari beberapa lembaga dan orang penting skala nasional dan internasional.
Ketika ditanyakan perihal awal keterlibatannya dalam kegiatan sosial, ia mengaku semuanya diawali dari perasaan gelisahnya karena terus menerus dikejar berbagai pertanyaan.

“Meaning and purpose in my life. Hal dasar itulah yang kemudian menjadi problem pada saya. Sejak usia 20-an, saya merasa dikejar-kejar. Ini semua memang perjalanan spiritual saya,” akunya.

Keinginan yang kuat untuk ‘memberi’ kepada orang banyak, tepatnya mulai muncul ketika ia telah menjalani kehidupan mapan dalam rumah tangganya bersama suaminya, Pieter. “Pada saat umur 27 tahun waktu itu, saya udah punya anak. Saya ingin memberikan value added untuk hidup saya,” tegasnya.

Di usia 29 tahun, Veronica menjadi orang termuda yang pernah menerima Penghargaan PBB-Vienna Civil Society Awards (2001) dan Penghargaan Emas dari Badan Narkotika NAsional dari Kapolri dan Presiden Republik Indonesia tahun 2003.

Peraih gelar Master of Science dalam bidang Drug Policy and Intervention dari Imperial College – London dan The London School of Hygiene and Tropical Diseases, memaparkan bahwa 1 dari 10 anak usia 10 s/d 17 tahun di Indonesia, mengaku pernah mencoba narkoba.

Veronica menganalisa, “Dari paparan ini, ada jumlah yang mayoritas. Sisanya yang 9 orang itu bisa dijaga dan dicegah agar mereka jauh dari jangkauan narkoba.”

Program YCAB memang sangat spesifik. “Lebih banyak bergerak di area pencegahan,” ujarnya. Ia menuturkan, ada sekitar 35 juta anak di seluruh Indonesia sekarang. Ditargetkan, tahun ini program YCAB akan menjangkau 300.000 anak Indonesia. Program lainnya, mereka yang putus sekolah sebanyak 3.000 anak juga akan disekolahkan gratis.
Menurut perhitungan program yang akan dijalankan, untuk menjangkau sekitar 35 juta anak, dibutuhkan sekitar 150 tahun program, barulah semuanya rampung.

“Saya sendiri, berupaya mencari yayasan untuk jadi saingan YCAB agar program ini cepat rampung, itu juga cukup sulit,” ujar ibunda dari Philmon (13), Adelle (11), dan Joey (7).

Dari hasil penelitian para pakar dan pengalamannya selama ini, ia berpendapat bahwa penyebab terjeratnya anak-anak dan remaja menjadi pengguna dan pecandu narkoba didasari satu penyebab besar. “Karena mereka tidak punya dignity. Mereka tidak punya keagungan diri. Mereka merasa tak berharga, hingga berani bermain-main dengan hal-hal yang bisa merusak mereka. Ini adalah penyebab yang terpola secara tidak sadar.”

Penulis buku berjudul Raising DRUG-FREE Children ini juga menerapkan didikan tegas kepada anak-anaknya di rumah.

“Kepada mereka , saya terapkan bahwa sebagai ciptaan Tuhan dan sebagai makhluk yang paling mulia, maka mereka harus bertindak mulia dan merasa mulia,” ucapnya.

Date of published: June 3rd 2008
Category: Feature Personal Profile

Content: Indonesian On The Go.
Writer: Ayu N. Andini


Tulisan ini pertamakali dipublikasikan di www.indofamily.net

Tidak ada komentar: